Tanjung
berikat. Jika kita lihat pada peta atau google maps
letaknya di "ekor" pulau bangka. Berdasarkan mitos yang sampai ke
telinga saya, Tanjung Berikat ini terkenal dengan pantai berpasir putih lembut
kayak kulit bayi, kaya akan hasil lautnya dan bisa melihat sunset atau sunrise di lokasi yang sama.
Jadi, banyaknya mitos yang masuk ke dalam kepala saya ini membuat saya memutuskan untuk mencari
informasi mengenai Tanjung
Berikat. Mulai dari jarak tempuh, jalan yang harus dilalui sampai siapa teman yang harus saya
ajak. Biar ada temen ngobrolnya dijalan. Ehehe.
Dua hari sebelum keberangkatan ke Tanjung Berikat saya
mencoba mengajak beberapa temen secara langsung dan alhamdulillahnya yg bisa
cuma satu orang saja. Tapi, dia mengajak sepupu serta om dan tantenya. Karena masih merasa harus
lebih rame lagi biar kayak touring-touring moge gitu kan asyik liatnya bisa, sampe dikawal sama pak
polisi, hehe.
H-1 saya coba buat ajakan di sosmed, dengan asumsi ada yang mau ikut biar bisa
ketemu temen baru bisa nambah relasi baru. Ternyata, sampai hari H tidak ada
satu pun yang ikut. Tapi, yang like lumayan banyak, haha. Ternyata saya belum
menarik buat membuat orang lain tertarik sama ajakan saya, yaiyalah saya buat
ajakan jalan-jalannya pada saat weekdays, hehe.
Pagi saat keberangkatan ternyata air hujan mulai jatuh
perlahan ke bumi sehingga membuat perjalanan kami sempat tertunda. Awalnya kami
mau berangkat pukul 7 pagi biar bisa puas main disana karena jarak yang
ditempuh kurang lebih tiga jam. Karena tekad yang besar untuk pergi kesana kami
pun tetap menunggu sampai hujan berhenti. akhirnya kami baru memulai perjalanan
kami pukul 9 pagi dengan semangat masih membara.
Berdasarkan informasi yang saya kumpulkan dari teman-teman
dan google, Tanjung Berikat ini masih masuk Bangka Tengah. Berangkat kita ke
Tanjung Berikat dari Pangkalpinang, cuaca perlahan mulai cerah sehingga kami bisa memacu motor
dengan ngebut agar bisa mengejar waktu yang telah tertunda karena hujan
sebelumnya.
Pemandangan selama perjalanan sangatlah menyenangkan karena
mata kita akan ditemanin biru air laut dan putihnya pasir pantai mulai dari
desa Kurau sampai desa Terentang.
Jalan menuju kesana pun sangat mudah karena penunjuk arah yang jelas.
awan begitu tebal sehingga matahirnya ketutup |
Satu jam pertama perjalanan kami sangat lancar dan kami pun
memutuskan untuk berhenti istirahat sebentar di Koba sekalian isi amunisi dan
bertanya kepada warga sekitar
arah jalan menuju ke Tanjung Berikat. Setelah cukup istirahat kami
lanjutkan perjalanan menuju ke sana dengan bermodal informasi yang udah di dapat dari warga saat
istirahat tadi.
Baru sekitar berapa kilometer kami berjalan tiba-tiba langit mulai merubah
moodnya, dari putih cerah
jadi agak keabu-abuan. Akhirnya perjalanan kami pun terhenti di kampung Lubuk, karena hujan yang
begitu lebat. Setelah satu jam lebih, hujan akhirnya berhenti dan kami pun melanjutkan
perjalnan lagi tapi, om
dan tante dari teman saya memilih tidak melanjutkan dan beristirahat di
rumah saudaranya yang ada di desa Lubuk.
Jalan dari desa Lubuk mulai mengecil mungkin untuk dua mobil yang berpapasan
salah satu mobil harus mengalah banyak ke bahu jalan. Masalah mulai timbul
ketika penjunjuk jalan ke Tanjung Berikat ini tidak jelas di desa Perlang dan
kompakan juga dengan google maps yang memberikan direksi yang sebetulnya jalannya
tidak ada. Jadi, balik ke semula harus bertanya kepada warga sekitar desa Perlang.
Untungnya warga perlang ini memberikan petunjuk yang tegas.
"Kalau belum ketemu desa Beriga jangan berenti untuk tanya lagi kemana
jalan Tanjung Berikat" namun
saya masih merasa bingung dan bertanya lagi. “Tapi, ini jalannya banyak
cabangnya, saya harus pilih yang mana?”
"Ikutin
aja jalan lurus aja sampai ketemu desa Beriga yah." Tegas salah
satu warga.
Selama perjalanan sampai ke desa Beriga, banyaknya
pemandangan yang tidak mengenakan di kiri maupun di kanan jalan. Banyaknya aktivitas tambang timah
yang mungkin ilegal merusak hutan dan dataran pulau bangka. Padahal imbas dari
pembukaan lahan tambang timah ini berakibat hutan gundul, limbahnya membuat sungai menjadi keruh
dan pendangkalan.
Selain itu banyaknya muncul danau-danau ajaib yang sebetulnya adalah aib tapi,
dibangga-banggakan menjadi "danau". Malah ada "danau" bekas
galian timah ini dijadikan tempat wisata padahal itu sangat tidak layak
dijadikan tempat wisata.
Sampailah kami di desa Beriga dengan selamat karena selama perjalanan untuk
sampai ke desa Beriga
ini banyak jalan dan jembatan yang sedang di renovasi jadi tidak bisa jalan
cepat kayak pembalap, hehe. Di desa Beriga ini kami berhenti bertanya sesuai
arahan warga di desa Perlang
tadi.
Dari desa Beriga ke Tanjung Berikat membutuhkan waktu 15
menit itu pun karena lagi ada perbaikan jalan, coba kalau jalannya mulus? Ya
mana aku tau, haha. Akan tetapi, pemandangan yang kita dapatkan sepanjang
perjalanan sangat berbeda dengan desa-desa sebelumnya. Di sebelah kanan kita
akan menyaksikan pantai dan disi sebelah kiri kita menyaksikan hutan yang
rindang dan rimbun. Jadi, kita bisa enjoy di jalan walaupun jalannya hancur karena sedang
ada perbaikan jalan.
Sisi selatan Pantai Tanjung Berikat |
Akhirnya, sampai juga saya di Tanjung Berikat setelah
melewati jalan yang sedang banyak perbaikan. kesan awal melihat tanjung berikat
ketika sampai begitu sangat
antusias, saya pun segera ingin langsung berenang ke laut. Setelah saya
perhatikan kiri dan kanan kok rasa-rasanya ada yang aneh dengan Tanjung Berikat
ini. Salah satu keanehannya sepanjang
pantai hanya ada dua gazebo untuk pantai yang begitu luas itu pun kondisi
gazebonya sangat-sangat tidak terawat.
Dari kejauhan kami melihat ada semacam mercusuar di ujung
dari tanjung berikat, sehingga kami putuskan untuk menyusuri jalan pantai ini.
Selama penyurusan jalan ternyata ada hal yang lebih menarik lagi yang kami
temui. Ya, pantai yang bagus, berpasir putih lembut, batu-batu besar yang
dengan gagahnya berdiri serta jalan yang jelek harus dinodai oleh tumpukan
sampah-sampah. Entah itu
sampah dari kenangan mantan, sampah pengunjung pantai atau sampah yang hanyut
terbawa oleh air laut.
Penyusuran
kami untuk mencapai semacam mercusuar pun terhenti karena jalan yang tidak
memungkinan untuk dilalui, tapi selama penyusuran kami mendapatkan sisi lain
dari dari tanjung berikat yang berbeda. Di sisi
utara pantai ada pantai lagi yang benar-benar bersih seakan-akan tidak
pernah terjamah. Batu batuan yang tersusun indah , angin yang sepoi-sepoi serta
pemandangan yang pas sekali untuk duduk di pasir yang putih lembut atau di batu
untuk menyaksikan turunnya matahari di Tanjung Berikat.
sisi utara pantai Tanjung Berikat |
Sangat disayangkan sekali Tanjung Berikat yang memiliki potensi wisata tetapi tidak didukung oleh fasilitas-fasilitas seperti air bersih, gazebo, tempat sampah, pedagang yang berjualan. dan juga dihimbau untuk para pengunjung Tanjung Berikat untuk selalu menjaga kebersihan agar pantainya tetap bersih dan nyaman untuk dikunjungi.