Minggu, 28 Mei 2017

Merdu dan Syahdu, Hutan Pelawan Desa Namang.

Desa Namang, dahulunya banyak yang tahu akan desa ini karena ada salah satu wisata yang beda dari lainnya yang menyuguhkan keindahan pantai. Sedangkan desa ini jauh dari pantai. Warga desa ini pun banyak yang berkebun dan bersawah.  Berdasarkan informasi yang saya cari di google tahun 2010 dibuka lah tempat wisata yang beda dari desa yang ada di Bangka lainnya.

Wisata Hutan Pelawan, itulah nama tempat wisata yang ditawarkan oleh Desa Namang. Seperti yang bilang tempat ini sempat booming di tahun 2010 berdasarkan informasi yang di dapatkan di google yah. “lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali”  kira-kira begitu kata orang tua jaman dahulu.hehe. Saya termasuk bukan orang yang hitz untuk tempat destinasi wisata. Ketika tempat wisata itu baru dibuka saya tidak langsung kesana kok tapi nunggu moodnya baru berangkat.

Berjarak 52 km dari kota pangkalpinang. Tempat wisata ini tidak mudah ternyata untuk dicari. Tidak banyaknya rambu yang jelas jadi saya harus banyak bertanya kepada warga Desa Namang ini. Entah ini bukti keseriusan atau memang sengaja membuat konsep biar orang rajin bertanya jangan asal lewat aja  yang jelas sempat beberapa kali nyasar.

Jalan menuju hutan pelawan ini tergolong sangat bagus dan pemandangannya juga nyegerin, jalan ber aspal tanpa ada rusak, kiri kanan kebun dan ada juga sawah kadang juga kita melihat tempat permandian umum atau sungai yang bersih bisa memacu kita untuk langsung mau nyebur,hehe.
Ketika sampai disana saya melihat suasana sangat sepi padahal waktu itu saya sampai disana sekitar jam sebelas siang yang harusnya bisa lebih cepat karena hilang penunjuk arah seperti aku kehilangan dirimu, haha. Ada di benak sih kenapa sepi yah? Padahal kalau saya googling muncul gambar suasana ramai dan padat kayak otot ade rai.

Tidak ada biaya masuk ke wisata hutan pelawan ini. Saya cuma dikenakan biaya parkir sebesar tiga ribu rupiah dari yang jaga parkir. Padahal kalaupun di kenakan biaya masuk tidak mengapa toh membuka tempat wisata itu sebtulnya tidak lah murah biaya perawatannya. Sebelum saya masuk ke dalam wisata Hutan Pelawan ini saya mlipir dulu ke tempat informasi yang ternyata tak ada penjaga jadi cuma ada denah serta jenis binatang yang menjadi penghuni hutan.

Berarti fix tempat ini sebetulnya sudah tidak berjaya lagi untuk di promosikan ke orang lain. Apa yang saya dapat dari tempat informasi tidak mengurungkan niat saya untuk menapakan kaki serta berswafoto disini. Akses jalan di dalam Hutan Pelawan ini sebetulnya sangat bagus kenapa demikian karena jalan yang sudah disemen jadi tidak ada becek ketika hujan ataupun habis hujan.

Ada nama yang terukir di setiap batang pohonnya jadi kita bisa tahu siapa pemilik pohon ini, haha. Tadi itu contoh yang tidak baik sebetulnya, beneran di setiap pohon ada diberi label sehingga kita bisa tahu jenis dan nama pohon yang ada dihutan ini. Ada tempat pembibitan tapi nampaknya sudah tidak ada bibit lagi dan nampaknya ga ada bibit-bibit baru lagi.
Tanda pada pohon yang seharusnya tak perlu

Pada setiap jalan kita akan berpapasan dengan tong sampah yang mana sampahnya berceceran dimana-mana. Tapi untung udara disana masih segar jadi tak begitu berpengaruh lah sama sampah-sampah plastic tadi. Oh iya di dalam hutan ini ada disediakan toilet tapi airnya kita harus menimba sendiri sebelum berhajat. Tapi apa daya wisata hutan pelawan ini sudah tidak berjaya lagi jadi ketika mau ketoilet satu-satunya yang ada didalam hutan ini kita bakal menemukan banyak sampah masyarakat. Tapi, untung aja udara disini masih seger dan adem suasananya jadi tak begitu masalah lah.

Sampah plastik yg harusnya tidak ada.

Lupakan permasalahan dari marking yang ga jelas di pohon, sampah plastik
dimana-mana serta apalah itu tetek bengeknya saya terus berjalan akhirnya saya sampai juga di spot yang menjadi andalan orang kalau berswafoto. Jembatan merah begitulah orang bilangnya itu karena jembatan ini di cat warna merah, hehe.

Tidak semua jembatan ini masih layak karena banyak yang sudah ambruk dimakan oleh waktu serta beban orang tak kuasa menahan napsu makan. Jadi hanya beberapa meter saja jembatan ini yang masih bisa kita lalu untuk berswafoto dengan latar alam.
Beberapa bagian jembatan yang ambruk

Tapi saya melihat sudut lain dari tempat ini. Ternyata ditempat ini kita bisa mendengar bermacam-macam suara burung saling bersahutan terkadang juga ada burung dengan corak bagus bermain-main disekitar saya. Ditambah lagi angin yang sepoi-sepoi seakan-akan membuat minat saya untuk bangun rumah tangga, haha.  Oh iya, bagi kalian yang suka foto-foto burung disini tempatnya sangat cocok buat kalian gais!

Jadi, dibalik banyak minus-minusnya tempat ini mungkin karena kurang diperhatikan lagi kita bisa mendapat hal yang berbeda seperti  suara burung yang saling bersahutan dengan merdunya, bisa menenangkan diri disini juga karena suasana yang adem dan asri. Mungkin kedepannya pengurus mulai mau untuk mengelola atau menata ulang karena tempat ini wajib ada di pulau Bangka.




Share: