Desa Namang, dahulunya banyak
yang tahu akan desa ini karena ada salah satu wisata yang beda dari lainnya
yang menyuguhkan keindahan pantai. Sedangkan desa ini jauh dari pantai. Warga
desa ini pun banyak yang berkebun dan bersawah.
Berdasarkan informasi yang saya cari di google tahun 2010 dibuka lah tempat wisata yang beda dari desa yang
ada di Bangka lainnya.
Wisata Hutan Pelawan, itulah nama
tempat wisata yang ditawarkan oleh Desa Namang. Seperti yang bilang tempat ini
sempat booming di tahun 2010 berdasarkan informasi yang di dapatkan di google yah. “lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali” kira-kira begitu kata orang tua jaman dahulu.hehe.
Saya termasuk bukan orang yang hitz untuk tempat destinasi wisata. Ketika
tempat wisata itu baru dibuka saya tidak langsung kesana kok tapi nunggu
moodnya baru berangkat.
Berjarak 52 km dari kota
pangkalpinang. Tempat wisata ini tidak mudah ternyata untuk dicari. Tidak
banyaknya rambu yang jelas jadi saya harus banyak bertanya kepada warga Desa
Namang ini. Entah ini bukti keseriusan atau memang sengaja membuat konsep biar
orang rajin bertanya jangan asal lewat aja yang jelas sempat beberapa kali nyasar.
Jalan menuju hutan pelawan ini
tergolong sangat bagus dan pemandangannya juga nyegerin, jalan ber aspal tanpa
ada rusak, kiri kanan kebun dan ada juga sawah kadang juga kita melihat tempat
permandian umum atau sungai yang bersih bisa memacu kita untuk langsung mau
nyebur,hehe.
Ketika sampai disana saya melihat
suasana sangat sepi padahal waktu itu saya sampai disana sekitar jam sebelas
siang yang harusnya bisa lebih cepat karena hilang penunjuk arah seperti aku
kehilangan dirimu, haha. Ada di benak sih kenapa sepi yah? Padahal kalau saya
googling muncul gambar suasana ramai dan padat kayak otot ade rai.
Tidak ada biaya masuk ke wisata
hutan pelawan ini. Saya cuma dikenakan biaya parkir sebesar tiga ribu rupiah
dari yang jaga parkir. Padahal kalaupun di kenakan biaya masuk tidak mengapa
toh membuka tempat wisata itu sebtulnya tidak lah murah biaya perawatannya.
Sebelum saya masuk ke dalam wisata Hutan Pelawan ini saya mlipir dulu ke tempat
informasi yang ternyata tak ada penjaga jadi cuma ada denah serta jenis
binatang yang menjadi penghuni hutan.
Berarti fix tempat ini sebetulnya
sudah tidak berjaya lagi untuk di promosikan ke orang lain. Apa yang saya dapat
dari tempat informasi tidak mengurungkan niat saya untuk menapakan kaki serta
berswafoto disini. Akses jalan di dalam Hutan Pelawan ini sebetulnya sangat
bagus kenapa demikian karena jalan yang sudah disemen jadi tidak ada becek
ketika hujan ataupun habis hujan.
Ada nama yang terukir di setiap
batang pohonnya jadi kita bisa tahu siapa pemilik pohon ini, haha. Tadi itu
contoh yang tidak baik sebetulnya, beneran di setiap pohon ada diberi label
sehingga kita bisa tahu jenis dan nama pohon yang ada dihutan ini. Ada tempat
pembibitan tapi nampaknya sudah tidak ada bibit lagi dan nampaknya ga ada
bibit-bibit baru lagi.
Tanda pada pohon yang seharusnya tak perlu |
Pada setiap jalan kita akan
berpapasan dengan tong sampah yang mana sampahnya berceceran dimana-mana. Tapi untung
udara disana masih segar jadi tak begitu berpengaruh lah sama sampah-sampah
plastic tadi. Oh iya di dalam hutan ini ada disediakan toilet tapi airnya kita
harus menimba sendiri sebelum berhajat. Tapi apa daya wisata hutan pelawan ini
sudah tidak berjaya lagi jadi ketika mau ketoilet satu-satunya yang ada didalam
hutan ini kita bakal menemukan banyak sampah masyarakat. Tapi, untung aja udara
disini masih seger dan adem suasananya jadi tak begitu masalah lah.
Lupakan permasalahan dari marking
yang ga jelas di pohon, sampah plastik
dimana-mana serta apalah itu tetek bengeknya saya terus berjalan akhirnya saya sampai juga di spot yang menjadi andalan orang kalau berswafoto. Jembatan merah begitulah orang bilangnya itu karena jembatan ini di cat warna merah, hehe.
dimana-mana serta apalah itu tetek bengeknya saya terus berjalan akhirnya saya sampai juga di spot yang menjadi andalan orang kalau berswafoto. Jembatan merah begitulah orang bilangnya itu karena jembatan ini di cat warna merah, hehe.
Tidak semua jembatan ini masih
layak karena banyak yang sudah ambruk dimakan oleh waktu serta beban orang tak
kuasa menahan napsu makan. Jadi hanya beberapa meter saja jembatan ini yang
masih bisa kita lalu untuk berswafoto dengan latar alam.
Beberapa bagian jembatan yang ambruk |
Tapi saya melihat sudut lain dari
tempat ini. Ternyata ditempat ini kita bisa mendengar bermacam-macam suara
burung saling bersahutan terkadang juga ada burung dengan corak bagus
bermain-main disekitar saya. Ditambah lagi angin yang sepoi-sepoi seakan-akan
membuat minat saya untuk bangun rumah tangga, haha. Oh iya, bagi kalian yang suka foto-foto
burung disini tempatnya sangat cocok buat kalian gais!
Jadi, dibalik banyak
minus-minusnya tempat ini mungkin karena kurang diperhatikan lagi kita bisa mendapat
hal yang berbeda seperti suara burung
yang saling bersahutan dengan merdunya, bisa menenangkan diri disini juga
karena suasana yang adem dan asri. Mungkin kedepannya pengurus mulai mau untuk
mengelola atau menata ulang karena tempat ini wajib ada di pulau Bangka.